Karena Mimpi kita berawal dari Sepatah Kata

Karena Mimpi kita berawal dari Sepatah Kata

Kamis, 04 Juni 2015

"Nano-nano" dari Interpreting Class

Semester empat, bagi mahasiswa TBI (Tadris Bahasa Inggris) adalah semester yang penuh tantangan. Kita dihadapkan pada sesuatu yang mau-tidak mau, siap-tidak siap harus, kudu, muthlaq, kita laksanakan. Mulai dari mata kuliah al-Qur'an yang harus setoran tiap senin, mata kuliah writing yang juga membuat tugas setiap selasa, bertemu dengan Javanese culture beserta dosen jawi yang begitu gematinya di hari rabu, kelas interpreting yang harus praktek oral translate pada hari kamis, speech dalam makul public speaking dengan tema yang berbeda tiap kamis, dan bermuwajjahah dengan TOEFL setiap hari jum'at. Hhhh, what a tired week, right?

Tapi, "Jangan sampai kuliahmu mengganggu pendidikanmu". Rupanya kata 'sentilan' yang tertulis bebas di dinding kantor LPM DinamikA itu menampar kesadaranku. Wuushhh! alhasil, tidak ada yang bisa kita lakukan selain berbahagia dengan rutinitas tersebut.

Kali ini, saya mau cerita tentang "Nano-nano (slogannya yang terkenal dengan 'rame rasanya') " dari interpreting class. Ini bukan masalah makul tersebut yang lebih "Rame rasanya" tapi sekedar share apa yang telah terjadi di interpreting class  pagi tadi beserta amazing feel nya. 

Sekedar introduction, interpreting class itu mengajarkan tentang how to interpret the things (bagaimana menafsirkan sesuatu), dalam hal ini tentu bahasa inggris ya. Jadi, mata kuliah (yang diampu oleh Bpk. Faizal Risdianto yang kelihatan selalu 'bahagia' itu) membagi kita menjadi 4 kelompok. (Sekilas info nih, karena kita masuk dalam kelas khusus maka kebetulan sekelas kita hanya ada 8 orang). Dan itu berarti, setiap kelompok terdiri dari 2 orang saja. Tiap orang mempunyai dua tugas, yaitu menyampaikan speech (pidato) dalam bahasa inggris dan interpret (tafsiran) pidato temannya.

Jadi, pada pagi yang cerah tapi mendung-mendung gimanaa gitu, saya dan seorang teman saya mendapat giliran maju. berhubung status kita badal (mengganti) teman yang seharusnya maju minggu ini, maka prepare pun hanya seadanya saja (Haa, alibi ding!) 

Setelah latihan sekali (karena malamnya ada rapat mendadak dengan direktur ma'had dan paginya konsentrasi menghafalkan teks saya sendiri), akhirnya berangkatlah kita dengan rasa pede yang setinggi-tingginya.

"First, thank's to Allah has given us mercies and blessings so we can attend at this moment without any problems and obstacles"

Teman yang ada di sisi kiriku menerjemahkan. Tentunya, sampai di introduction masih belum ada masalah.
                                                                              
"As the student of university, our intelligent must be better than other people...."

Ada satu catatan yang perlu diingat dimana saat kita menyampaikan speech kemudian langsung diterjemahkan per kalimat oleh orang lain itu rasanya kaya capek-capek naik gunung muria eh nyampe puncak nya langsung terjun bebas gara-gara ditinggal rombongan.

Belum lagi, saat macet melanda arus lalu lintas otak kita. Itu terkesan kejam pada memori ingatan. Sementara orang lain menunggu perkataan kita untuk diterjemahkan, sementara itu lisan menunggu sinyal-sinyal file hafalan.

“I have some problems when I reading book without nice picture,”ujar salah satu temanku dalam sesi pertanyaan.

Intinya, dia Tanya gimana caranya agar bisa membiasakan membaca buku sementara kalo liat buku yang kurang menarik aja langsung tidur. Grggr, kamu yang punya masalah tapi aku yang suruh nyelesain? Aarght, ahah, just kidding, man! :D

Nah itu nilai plus-nya, saudara.. dengan begitu kita berlatih berpikir cepat, mencari kata bahasa inggris yang cocok dengan ‘kekarepan’ kita dan ‘memaksa’ agar Si Penanya paham dengan jawaban bahasa inggris versi Indonesia kita. Aha! Nggak ding.

Dalam praktek itu, tentunya kita mendapat banyak pengetahuan karena dari masing-masing presenter membahas hal-hal yang berbeda. Juga, kita lebih tahu bagaimana cara menerjemahkan yang (mendekati) baik dan benar. Tidak jarang juga, kita keasyikan mendiskusikan hal-hal tersebut sehingga lupa jika tujuan utamanya adalah interpreting. Apalagi berkat 'bimbingan' dan beberapa tambahan khusus dari beliau yang terhormat dan selalu menghormati mahasiswa yang membuat kita lebih 'ngeh' dengan kelas ini.

Asik, Kan? Sekali dayung lima puluh pulau terlampaui. Nah itu dia “Nano-nano” dari interpreting class.

Asam, saat kita mempersiapkan bahan presentasi sampai mulut ini harus mengeluarkan berbusa-busa kata yang tentu saja takut jika banyak tenses yang salah.

Asin, saat kita menjawab pertanyaan teman-teman yang entah itu beneran tanya atau beneran ngerjain.

Manis, saat kita sampai pada titik dimana ‘pewe’ dengan apa yang kita sampaikan (baik sebagai presenter atau interpreter) dan lega setidaknya masa-masa kritis itu telah berakhir.

Itu baru kelas interpreting, kalau kelas yang lain? Just wait and see ya next time.


Ini hasil jepretan Dosen Interpreting kita lohh. baik yah, ahahha

2 komentar: