“Coba cari nama saya di Google. Pasti ada banyak,” ucap dosen metodologi studi islam di
ruang C5 di pagi menjelang siang itu.
Idih.. nih
dosen kok pede banget ya. Mesti just kidd.
Dan kepercayaan itu bertambah satu oktaf
saat beliau menyebut Copenhangen, Ankara, Tokyo, Chicago, Illinoi,
Athens, Washington DC, Lancaster, Pennsylvania, Manhattan, New York, Bangkok,
Ohio sampai Oslo
“Pertama kali saya ke luar negeri, itu ke
Thailand,”
Beliau ditawari
untuk ke luar negeri dan mengiyakan immediately.
Padahal, diminta untuk menggantikan jadi narasumber di sebuah International Conference. Tapi, kepalang
basah jadi beliau accept aja meski
harus buat paper (absolutely) bil
lughoh injiliziyah.
Dan setelah
ngumpulin data, prepare ini-itu,maka
jadilah paper yang musti diseleksi
ke-absolutannya. Padahal, waktu itu dosen yang bernama Zakiyudin Baidhawy ini belum terbiasa membuat paper dalam bahasa Inggris.
“Kalian tahu
apa itu ‘misleading’?”ungkap beliau
mengedarkan pandangan ke segala penjuru kelas.
Respon yang
diterima hanya diam. Dan beliau melanjutkan, “Misleading artinya salah arah. Agar kita tidak salah arah dalam
menyikapi hidup ini, maka kita harus punya prepare
yang ber-skill”
Adalah Reading habit, yang disebut sebagai syarat
pertama dari beberapa requirement
yang mengarah ke trueleading. Siapa
yang khatam membaca buku seminggu sekali ? ada, tentu saja ada. Tapi, rupanya
eksistensi handphone yang beralih fungsi (dulunya hanya
bisa untuk SMS dan telepon) kini merebut rating
popularitas para generasi bangsa.
“Dulu saya
setiap senin pinjam 2 buku dan pasti saya kembalikan minggu itu juga. Meskipun
saya juga nggak paham apa yang dikatakan buku itu. Tapi, bukankah ilmu itu
proses?”
Yang kedua, writing habit. Ketika kita ingin menulis
seratus kata, maka in our mind must be
prepared a ten thousand words.
Pemilihan dan pemilahan kata yang sebegitu banyaknya harus appropriate. Belum lagi
ada yang namanya agenda writer’s blocking.
Tapi, jangan
berkecil hati,sobat.. penulis yang menamatkan semua studinya di Indonesia ini
dengan semangat 45 berkata “Be brave ! Show
that you are the pioneer agent of change. Meskipun kita Cuma STAIN,”
Karena apa? Satu dari empat jurnal yang mendapat
akreditasi A adalah IJIMS (Indonesian
Journal of Islam and Muslim Societies) dan diterbitkan oleh Program
Pascasarjana STAIN Salatiga tahun 2014. Dan artikel jurnal beliau (yang
berjudul Distributive principles of
economic justice: an Islamic perspective) juga dimuat di IJIMS.
“Ini membuktikan bahwa kita adalah STAIN rasa UIN,” lanjutnya,lagi.
Selain pandai menulis, sebagai partisipan dan menjadi narasumber di kancah
Internasional, beliau juga sedang
memperjuangkan tesis yang hanya berisi 30-40 halaman saja.
“Penulisan
seperti itu, hanya butuh syarat ABC (,
A-accurate, B-Brief dan C-Clear) Mubadzir juga ‘kan udah nulis banyak,
ngeluarin tenaga, finansial dan waktu yang tak sedikit tapi isinya
ngalor-ngidul”
Ketika ditanya
bagaimana caranya bisa go International,
beliau tidak segan-segan membagi beberapa tips dari pengalamannya yang dimulai
dari dunia tulis menulis. What are they?
Here we go:
1. Prepare
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Readinghabit-Writinghabit itu needed.
Bukankah sudah beredar kabar bahwa “Buku adalah jendela dunia?”
Thus, untuk masalah writinghabit,
itu merupakan sesi lanjutan yang berfokus pada skill. Ini juga berpengaruh pada (commonly) untuk mengikuti International
Conference yang requirement-nya harus
menyetorkan paper karya sendiri. Ya iyalaah!
2.
Bahasa
Selain diklaim di bagian “prepare”,
tampaknya voting bahasa untuk menjadi
best attention memang benar. Dan yang
sudah menjadi rahasia umum, bahasa Inggris merupakan bekal untuk munculnya ke
permukaan Internasional. Bukan hanya untuk komunikasi, tapi juga menjembatani
persepsi antar agama, antar budaya dan antar bangsa.
Kalau sudah begitu, what’s the
next step, my sista ?
Hemb, that’s
right.. It’s not stopped here. Pernah kan, kalian menghadiri sebuah seminar
yang terdiri dari berbagai suku, agama dan ras ? disitu kita hanya berkewajiban
untuk mengikuti jalannya acara. And then,
jika kita tidak ‘berkenalan’ sendiri dengan anggota yang lain maka conclusion-nya juga tidak kenal ‘kan?
Padahal, banyak teman banyak rezeki loh. Kali aja salah satu dari mereka ada
yang nantinya membantu menyebarkan aura positif di kehidupan kita kelak.
(Ngarep,deh!)
Falidzalik, INTRODUCE YOURSELF itu bisa dibilang penting. Tapi ya nggak Cuma my name is, my address is, my hobby is,....
itu sih pelajaran greetings yang
dipelajari anak SD. Bisa juga mulai cerita gimana bisa ikut konferensi itu,
bahas isu yang lagi naik daun atau kepo ama kampung halaman lawan bicara. Apa
aja asal jangan masalah pribadi,hehe.
“Waktu itu saya ketemu langsung sama orang
penting yang ngadain konferensi itu. Ya elaborate aja deh.. biarkan mengalir, tapi
tetap jaga nama baik Indonesia”
Udah ? gitu aja ? yah, nggak seru donk. Kita
juga harus keep in touch. Hari gini, lewat apapun bisa. Dari sosmed,
e-mail sampe website resmi. The world
seems smaller than we think.
Ih, kok sok ngenal banget sih! Karena...
‘kebanyakan’ orang-orang di bidang itu juga bakal kembali di bidang yang sama.
Jadi, perbanyak network gituh hlo.
Ketika satu konferensi rampung, tumbuh lagi tuh konferensi-konferensi yang
bergengsi lainnya.
“...dan pada akhirnya nama saya
direkomendasikan untuk menjadi narasumber di Jepang dan beberapa forum
Internasional lainnya”
Dan pada akhirnya juga, representative mimpi tidak bisa lepas dari polemik ikhtiar yang
meng-ekspansi masa leha-leha. Eksploitasi imtaq dan iptek sungguh sangat
diprioritaskan. Ini bukan faksi menjatuhkan hlo ya.. tapi menyadarkan dan
strengthen pada ketulusan benih niat. Ma’annajah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar